Selasa, 03 Januari 2012

Puisi Mustafa Chamran buat Ghadeh (Istrinya)

Genre: Biographies & Memoirs

Author: Habibah Ja’fariyan

Mungkin ku tak mampu usir kegelapan ini,

tapi dengan nyala redup ini,

kuingin tunjukkan beda gelap dan terang,

kebenaran dan kebatilan,

Orang yang ikuti cahaya,

meski redup nyalanya

akan besar di hatinya…

- Mustafa Chamran-

Ia adalah seorang Ilmuwan Iran. Berbeda dengan para ilmuwan umumnya, Doktor Mustafa Chamran lebih memilih keluar dari laboratoriumnya yang nyaman dan terjun ke medan tempur untuk membela tanah airnya. Lahir pada tahun 1932 di Teheran, Doktor Chamran menuntut ilmu dibidang teknik elektro di Universitas Teheran. Ia kemudian mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Berkeley, Amerika Serikat. Di Universitas Berkeley, prestasinya terus menonjol bahkan sempat diangkat menjadi dosen.

Kemudian ia memutuskan pergi ke Libanon untuk bergabung bersama pejuang Libanon, Musa Sadr, dan mendirikan Gerakan Kaum Tertindas yang bertujuan membela bangsa Libanon dan para pengungsi Palestina yang ditindas oleh rezim zionis. Ketika Revolusi Islam Iran mencapai kemenangannya pada 1979, Doktor Chamran kembali ke Iran dan diangkat sebagai Menteri Pertahanan Republik Islam Iran. Ketika Irak menyerang Iran pada 1980, Doktor Chamran bergabung dengan para pejuang Iran untuk melindungi Republik Iran sampai akhirnya gugur di tempur.

Ia terbunuh oleh prajurit Irak pada pertempuran di Provinsi Khuzestan (daerah barat daya Iran, perbatasan Irak) pada tanggal 21 Juni 1981 ketika Perang Iran-Irak sedang berkecamuk.

-KISAH INSPIRATIF MUSTAFA CHAMRAN

Gadeh,adalah Putri pedagang berlian kaya di Lebanon. Seumur-umur dia tidak pernah mengenal susah. Dia telah bertualang ke Eropa dan Afrika sejak kecilnya. Dan ketika beranjak dewasa, dia telah menikmati karier sebagai seorang Jurnalis.

Sementara Mustafa Chamran di ujung yang lain. Dia berasal dari Iran dan usianya 20 tahun lebih tua dibanding Gadeh. Kepalanya botak dan tidak punya nasab (garis keluarga) yang jelas, tidak punya pekerjaan yang tetap, tidak punya rumah tinggal, tidak punya KTP dan boleh dikatakan tidak punya apa-apa.

Di Lebanon Selatan, Mustafa Chamran tinggal di sebuah ruangan yayasan yang menampung anak-anak yatim piatu. Isi kamarnya hanya buku-buku dan kardus-kardus bekas yang sekaligus menjadi alas tidurnya. Bisa dikatakan bahwa kehidupannya sangat dekat dengan maut. Mustafa Chamran aktif mendidik anak-anak muda Lebanon untuk bersatu dan membangun kekuatan demi melawan pasukan penjajah Israel.

Karena kesahajaan Mustafa Chamran inilah yang dapat memikat hati Ghadeh yang merupakan seorang Jurnalis muda dan cantik. Namun begitu tahu bahwa anaknya jatuh cinta kepada Mustafa Chamran, ibunda Ghadeh hanya bisa meradang dan mengeluarkan sumpah serapah setiap kali melihat calon menantunya. Dia bahkan berkali-kali pingsan dan terakhir kali harus dirawat di Rumah Sakit (RS). Tapi Mustafa Chamran kendati menyeramkan dan terkesan tak layak sama sekali menjadi calon menantu di mata ibunda Ghadeh, namun justru dia mempunyai sentuhan emas.

Ketika Ibunda Ghadeh jatuh sakit, dialah yang menggendongnya hingga ke Rumah Sakit (RS) dan menjaganya dengan sepenuh hati. Hati Ibunda Ghadeh pun akhirnya luluh karena kebaikannya dan akhirnya merestui pernikahan mereka. Namun kendati demikian, Ibunda Ghadeh mewanti-wanti Mustafa Chamran mengenai karakter putrinya. Tiap pagi setelah bangun tidur, Ghadeh selalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan gosok gigi, harus ada orang lain yang dapat merapikan tempat tidurnya, dan segelas susu dan secangkir kopi harus disiapkan dan di bawa ke kamarnya.

Mustafa Chamran tahu itu beban yang berat, tapi dia coba menenangkan hati Ibunda Ghadeh dengan mengatakan “SAYA MEMANG TAK MAMPU MENCARIKAN PEMBANTU RUMAH TANGGA UNTUKNYA, TAPI SAYA BERJANJI..SELAMA SAYA MASIH HIDUP..SETIAP KALI GHADEH BANGUN DARI TIDURNYA..SAYA AKAN MERAPIKAN TEMPAT TIDURNYA DAN MEMBAWAKAN SEGELAS SUSU DAN SECANGKIR KOPI UNTUKNYA”.

Mustafa Chamran benar-benar menepati janjinya hingga dia mati Syahid. Bahkan ketika terjadi kecamuk perang dan dia berada di medan pertempuran yang terjadi karena invasi Irak ke Iran tahun 1980-1988, Mustafa Chamran tetap bersikeras menyempatkan pulang setiap pagi ke rumahnya dan merapikan tempat tidur Ghadeh istrinya sekaligus membuatkan istrinya segelas susu dan secangkir kopi, Shubahanallah…

Itulah kisah nyata cinta Mustafa Chamran dan Ghadeh, sebuah komitmen untuk sekuat tenaga memenuhi apa yang dia katakan “AWAL DARI SEBUAH KESUKSESAN DAN KEMULIAAN SESEORANG ADALAH MELAKUKAN APA YANG MEREKA KATAKAN “…

Mustafa Chamran juga seorang yang amat sangat mengidolakan Imam Ali dan Ayatullah Khoemaini.Seseorang yang sangat tidak perduli dengan dunia dan isinya, seseorang yang malah takut untuk terlalu banyak memiliki di dunia ini.

SYAIR DAN DOA MUSTAFA CHAMRAN

*Petikan doa Mustafa Chamran buat Ghadeh (istrinya):

Ya Allah, aku memohon satu hal dari Mu, dengan penuh ketulusan

jadilah Engkau pelindung bagi Ghadeh,

dan janganlah Engkau membiarkannya sendiri.

Setelah kematianku, ku ingin melihatnya terbang.

Ya Allah

Kuingin sepeninggalku,

Ghadeh tak berhenti melangkah di atas jalur kebenaran,

Kuingin dia memikirkanku bak sekuntum bunga indah yang tumbuh di jalan kehidupan dan kesempurnaan.

Kuingin Ghadeh memikirkanku seperti sepotong lilin-lemah-kecil yang menyala dalam kegelapan hingga akhir hayatnya,

dan dia beroleh manfaat dari cahayanya untuk masa yang singkat.

Kuingin dia memikirkanku bagai angin surgawi yang berembus dari langit,

yang membisikkan di telingganya kata-kata cinta

dan pergi menuju kata tanpa batas…

* Puisi Mustafa Chamran buat Ghadeh (Istrinya).

Kuingin Ghadeh melihatku bak sebatag lilin lemah kecil

Yang menyala dalam gelap hingga akhir hayatnya,

Dan dia beroleh manfaat dari cahayanya tuk masa yang singkat.

Ku ingin dia merasakanku bak angin surgawi yang berhembus dari langit…

Yang membisikkan kata-kata cinta,

Dan terbang menuju kata tanpa batas

0 komentar:

Posting Komentar