Saya hanyalah seekor burung kecil dalam kisah Nabi Ibrahim as. Burung
kecil itu jatuh iba pada Ibrahim yang tengah dilumat kobaran api Raja
Namrud. Ia terbang mencari air, meletakkan dalam paruhnya kemudian
kembali. Dari paruhnya yang kecil ia teteskan air untuk memadamkan api
itu. Burung-burung lain menertawainya. Dengan tenang ia menjawab, “Aku
tahu tetesan air ini tidak akan mungkin memadamkan api Namrud tapi aku
ingin agar Tuhan tuliskan dalam kitab-Nya bahwa aku sudah berbuat untuk
kekasih-Nya. Seperti burung kecil dalam cerita itu, lewat tulisan yang
singkat ini, saya ingin sedikit berbagi tetesan air. Mungkin Anda akan
mengejek dan menertawai saya sambil berkata, “Bagaimana mungkin tulisan
jelata dan awam seperti ini dapat menyelamatkan Ibrahim-Ibrahim kecil
yang terbakar api Namrud. Saya katakan kepada Anda, “Saya tahu, tapi
saya ingin Tuhan menuliskan dalam kitab-Nya bahwa saya sudah berbuat
sesuatu untuk kekasih-Nya.
Puluhan tahun engkau telah
memperlihatkan eksistensimu melewati rintangan yang beragam untuk
senantiasa mewadahi kami mahasiswa-mahasiswa bone unhas, lembagaku
sayang sampai saat ini masih terus kokoh dengan ideologi idependensinya
walau tertatih penuh cobaan dan rintangan, seperti matahari yang
senantiasa bersinar untuk memberikan cahayanya kepada khalayak tampa pamri yang tak pernah terbalas. Semua perilaku,karakter dan disiplin
ilmu yang berbeda engkau satukan yang saya kira itu bukan suatu hal yang
mudah dalam penerjemahannya. Engkau kelihatan polos tak berdaya dan
tidak mempunyai kekuatan sedikitpun, betul karena engkau bukan merupakan
sesuatu hal yang bernyawa, engakau juga tidak memiliki kehidupan,namun
ternyata engkau dapat memberikan kehidupan yang cerah buat orang-orang
yang engakau wadahi.
Merefleksi dalam kehidupanku sejak
bergabung dalam naunganmu (PMB-UH Latenritatta), sangat banyak hal yang
telah engkau berikan kepada diri ini, dengan kompleksitas dinamika dan
tradisi intelektualitas yang melekat denganmu menjadi suatu kekuatan
buatku dalam setiap melakukan pilihan-pilihan dalam kehidupanku. Dengan
realitas (PMB-UH Latenritatta) yang tetap menjaga tradisi
intelektual,spirit perjuangan dan spirit independensi yang praktis
memberikan kontribusi nyata terhadap mahasiswa-mahasiswa bone yang
dimana mampu membawa kami kepada pencerahan dan memberikan bekal kepada
kami untuk beradaptasi di dunia kemahasiswaan, tidak sedikit mahasiswa
bone yang dahulu mempunyai karakter primitif akibat pergaulan yang tidak
terkontrol namun ketika telah aktif di forum lembaga ini praktis secara
bertahap akan mampu untuk merubah pola pikir dan tindakannya kearah
yang lebih ‘baik’, dengan pertimbangan itupula yang mempertegas bahwa
tidak ada jalan lain kecuali tetap mempertahankan lembaga ini dengan
terus melakukan proses penyempurnaan agar lembaga ini bisa tetap
berjaya.
Bung Karno mengatakan; jangan sekali-sekali
melupakan sejarah,karena sejarahlah yang akan menentukan keberhasilanmu
kedepannya, oleh karena itu sedikit saya akan menyinggung mengenai
sejarah lembaga ini secara singkat. PMB-UH Latenritatta awalnya
merupakan suatu kelompok diskusi yang dipelopori oleh
intelektual-intelektual muda yang berasal dari bone yang peduli dengan
daerahnya kemudian membuat kelompok diskusi ini sebagai lembaga ‘formal’
yang mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga atau
AD/ART(konstitusi). -wahai kanda-kanda perintis dan pendahulu lembaga
ini,jasamu akan selalu kami kenang-
Tidak dapat kami
pungkiri bahwa lembaga ini merupakan organisasi daerah, tetapi semangat
perjuangannya,semangat independensinya dan semangat kearifan lokalnya
tetap terjaga sampai saat ini. Betul bahwa kita perlu mempelajari
kearifan global seperti; Max Weber dengan teori sosiologinya, Adam Smith
dengan paham ekonominya dan, Kalr Marx dengan teori-teori sosialisnya
tetapi saya kira penting juga untuk mempelajari dan memahami kearifan
lokal seperti misalnya Arung Palakka yang dijuluki sang pembebas karena
penerjemahan idealitasnya mampu untuk membebaskan daerahnya dari
pejajahan dan ketertindasan dan falsafah-falsafah bugis lainnya yang telah
memberikan kontribusi terhadap peradaban. Suatu solidaritas yang berdiri
dengan landasan ‘nilai’ sangat dibutuhkan dalam proses penyempurnaan
dan mempertahankan suatu eksistensi lembaga karena musuh kita bukan
islam non islam, bukan timur non timur, bukan jawa non jawa dan bukan
pula bugis non bugis. Tetapi subtansi musuh kita adalah para koruptor
yang mengambil hak kita, orang kaya yang hidup mewah ditengah rakyat
yang kelaparan dan perusahan asing yang telah merampok kekayaan Negara.
Apakah
dengan problem yang sedimikian rupa akan meluluhlantahkan tali
persodaraan kita??? mestinya Makin banyaknya dinamika dan makin
seringnya kita belajar dengan itu harusnya praktis akan mampu
menyederhanakan kehidupan dan membuat kita bijaksana dalam memandang
suatu problem, “kusam dan pudarnya cat pagar halaman rumah kita, sy kira
itu bukan suatu alasan untuk kita tinggalkan”, datangnya problem yg
menyerang dalam kabut bukan bearti kita akan kelabakan dan kocar kacir
untuk menyelesaikannya, kepala kita tidak mempunyai penutup baja,
ditangan tanpa ada senjata namun kader PMB-UH Latenritatta mempunyai
‘akal sehat’ dalam menyelesaikan problemnya. Biarkan orang-orang yang
gemar saling fitnah memfitnah serta sibuk untuk saling menyalahkan,
menjalankan perannya. Namun kita sebagai kader PMB-UH Latenritatta
dengan kerangka dasar bahwa tetap mengacu pada nilai;kebenaran,keaadilan
dan kemanusiaan agar melingkar untuk sibuk menjalin ‘silaturahmi’.
Semoga PMB-UH Latenritatta tetap menjadi surga buat tiap golongan.
Peradaban hanya bisa diwujudkan oleh anak muda yang mau belajar dan
berjuang. JAYALAH SELALU LATENRITATTA.
SELAMAT MILAD, PMB-UH LATENRITTA kami kadermu akan tetap bangga, bangga karena menjadi wargamu. Wassalam
Penulis : Andi Anugerah Wijaya B
Jumat, 06 April 2012
‘Setetes Air buat PMB-UH Latenritatta’
07.09
No comments
0 komentar:
Posting Komentar